Selasa, 23 April 2013

Konflik Korut dan Korsel


Konflik Korut dan Korsel


Korea Utara menyatakan telah memasuki "keadaan perang" dengan Korea Selatan, demikian pernyataan resmi pimpinan Korea Utara.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, Jumat (29/03) menyatakan, dia telah memerintahkan persiapan serangan roket ke pangkalan militer AS, menyusul aksi latihan militer bersama AS dan Korsel, yang antara lain menghadirkan pesawat pembom siluman B-2.
Ini bukanlah ancaman "perang" pertama yang dilontarkan Korut, semenjak negara itu dikenal sanksi internasional akibat uji coba nuklir ketiga pada Februari lalu.
Korut dan Korsel secara teknis masih dalam keadaan berperang sejak konflik bersenjata pada 1953 berakhir, tetapi tidak pernah ditindaklanjuti dengan perjanjian damai.
Di Washington, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Caitlin Hayden, mengatakan pernyataan terbaru pemerintah Korut itu sebagai "tindakan yang tidak konstruktif".
Menurutnya, "Kami menanggapi ancaman serius tersebut dan tetap berhubungan erat dengan sekutu kami, Korea Selatan."

Ancaman serius

Kim Jong-un dilaporkan mengecam pesawat pembom Amerika B-2 yang melintas Korea Selatan sebagai langkah gegabah yang menunjukkan "ultimatum bahwa mereka akan memicu perang nuklir di Semenanjung Korea."
Amerika Serikat serta pangkalan di Hawaii, Guam dan Korea Selatan disebutkan sebagai potensi sasaran.
Ribuan tentara Korea Utara dan mahasiswa ikut serta dalam unjuk rasa di kota Pyongyang untuk mendukung pengumuman Kim Jong-un itu. Cina, mitra dagang terbesar Korea Utara, kembali menegaskan seruan agar semua pihak meredakan ketegangan.
Namun Menlu Rusia Lavrov mengatakan "kita kemungkinan membiarkan situasi tidak terkendali dan masalah ini akan berkembang menjadi lingkaran setan".
Rudal milik Korut yang terbaru diperkirakan dapat mencapai Alaska, tetapi tidak ke daratan AS.
Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, retorika Korut itu hanya akan membuat negara itu makin terisolasi.
Di Seoul, Jurubicara Kementerian Luar Negeri Korsel, Hong Lei mengatakan, harus ada "upaya bersama" untuk menanggulangi "situasi tegang".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar